Selasa, 27 Oktober 2009

B e r i t a

Kamus Besar bahasa Indonesia memaknai berita sebagai:

1 cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yg hangat; kabar: semalam dia mendengar—bahwa kampungnya dilanda banjir;

2 laporan: ia bertugas membuat—harian;

3 pemberitahuan; pengumuman: -- redaksi;

Sedangkan berbagai referensi menyebut berita sebagai hasil akhir proses pengumpulan dan pelaporan fakta yang merupakan kegiatan pokok jurnalistik. Wujudnya bisa berupa tulisan, foto, suara atau gambar yang biasa dibaca, didengar dan dilihat khalayak lewat media massa. Baik cetak maupun elektronik. Bisa disimpulkan bahwa fakta hanya menjadi berita setelah dilaporkan, atau dengan kata lain, berita adalah fakta yang dilaporkan.

Kemampuan mencari dan mencatat fakta biasanya dikuasai secara berjenjang. Berbagai formula ditawarkan berbagai institusi jurnalisme untuk penjenjangan itu. Konsep yang terstruktur dan metodis paling awal yang dikenal di Indonesia adalah yang ditawarkan Karya Latihan Wartawan Indonesia yang merumuskannya jenjang paling dini adalah reportase dasar yang biasanya diwujudkan dalam berita langsung (straight news). Jenjang berikutnya reportase madya yang berwujud news feature. Jenjang selanjutnya adalah reportase lanjutan dalam wujud news analysis.

Berita langsung

Dari waktu ke waktu, kalangan jurnalistik memahami penulisan berita langsung senantiasa mengacu pada model piramida terbalik. Mulanya, model penulisan piramida terbalik muncul karena tingginya biaya pengiriman lewat telegram atau telex. Untuk menghemat biaya, pengiriman berita mendadak hanya dilakukan terhadap bagian terpenting dan teraktual saja.

The Associated Press mengembangkan formula piramida terbalik pada akhir abad XIX untuk melayani audience yang waktu baca mereka semakin sempit.

Melalui berita langsung, fakta terpenting ditempatkan pada paragraf pertama. Paragraf-paragraf selanjutnya memuat fakta yang semakin tidak penting. Struktur semacam ini dikenal pula dengan struktur berat di atas atau top heavy.

Dengan struktur yang mengedepankan nilai penting dari rangkaian fakta yang disajikan dalam berita, maka teras/lead/intro berita menjadi bagian terpenting setelah judul. Teras berita langsung selain harus merangkum fakta-fakta terpenting yang hendak disampaikan, juga dituntut mampu menyambut ketertarikan pembaca yang telah tergoda oleh judul yang disusun dengan mencerminkan fakta terpenting.

Unsur layak berita (news value) terkuat disajikan pada teras berita. Aktualitas menjadi unsur penting bagi berita langsung. Suatu peristiwa yang sudah lama terjadi tak bernilai lagi untuk ditulis sebagai berita langsung. Model penyampaian fakta itu membuat berita langsung mudah basi.

Teras berita

Paragraf pertama berita langsung umumnya terdiri atas dua atau tiga kalimat yang tak lebih dari 45 kata. Teras berita yang pendek –asalkan tetap memuat fakta-fakta terpenting berita– dianggap lebih baik. Teras berita harus disusun sedemikian rupa agar mudah dimengerti dan selengkap mungkin memuat unsur kelengkapan berita (5W+1H) dengan urutan prioritas what, who dan when.

Pada perkembangannya, teras berita yang semata-mata mengandung inti pokok berita mulai ditinggalkan. Walaupun tetap mengacu struktur piramida terbalik, teras berita juga dibebani pengelola surat kabar untuk membangkitkan rasa ingin tahu pembaca sehingga menuntaskan membaca hingga akhir tulisan.

Piramida bertumpuk

Belakangan, berkembanglah struktur piramida terbalik. Struktur penulisan ini memungkinkan penulis menyajikan informasi dengan saling berkait dan sambung menyambung sehingga informasi yang disajikan lewat setiap paragraf dapat memiliki kandungan yang hampir sama penting.

Demi memudahkan pembaca dalam memilah informasi yang disampaikan, mulanya digunakan cross head atau sub judul yang terletak di tengah berita. Namun pada perkembangannya, cross head juga difungsikan sebagai pengganjal tampilan halaman. Ketika space masih lowong dua atau tiga baris, maka cross head bisa ditampilkan sebagai pengganjal. Cross head juga kerap ditampilkan saat halaman dianggap kelewat “kering” dengan bentuk paragraf yang menjemukan.

Soft news

Fakta-fakta yang dianggap menarik bisa disajikan dalam wujud soft news atau berita ringan dan disajikan sebagai pelengkap straight news yang oleh sebagian kalangan disebut sebagai hard news. Soft news biasanya digunakan untuk mengungkap sisi lain fakta penting yang disajikan dalam straight news. Soft news pendamping berita langsung ini bisa ditampilkan dalam rooster dan ditulis dengan struktur piramida terbalik dengan menonjolkan fakta yang dianggap menarik.

Belakangan soft news disusun dengan struktur yang lebih bebas, tak terikat pola piramida terbalik. Dengan pola penyusunan yang bebas, soft news bahkan bisa tampil tanpa straight news.

Feature

Gaya penulisan berita yang tak terikat pola piramida terbalik juga dikenal dengan news feature atau disingkat feature saja. Pada masa sebelumnya, dikenal juga sebagai karangan khas atau berita kisah. Model penulisan ini lazim dimanfaatkan untuk menyajikan laporan pengumpulan fakta yang lebih lengkap daripada fakta yang disajikan dalam straight news ataupun soft news.

Bahan pembuatan feature tak cukup dengan fakta 5W+1H, melainkan juga informasi lebih dalam tentang sosok pelaku, sebab-akibat dan latar belakang kejadian. Sedangkan pada tingkatan lebih tinggi, juga memperhatikan latar belakang (background), tafsiran (interpretation) dan Warna (colour/atmosfer/suasana)

Background, tafsiran dan suasana dibutuhkan agar cerita yang disajikan dalam feature tidak terkesan picik dan datar, namun cukup dalam mengupas permasalahan serta tak membosankan. Demi menyampaikan suasana dengan baik, feature tak tabu memanfaatkan gaya bahasa sastra.

Tafsiran yang disajikan dalam feature bukan berarti memungkinkan penulis leluasa beropini, meskipun sebagian kalangan jurnalis membiarkan subjektivitas mempengaruhi feature mereka.

Tafsiran ataupun suasana dalam feature biasa disampaikan melalui perbandingan fakta dengan sesuatu yang dipahami sebanyak mungkin kalangan pembaca.

Karena tak terikat pola piramida terbalik, teras feature bias tampil lebih bebas dan mendorong Daniel R Williamson merumuskan 10 jenis teras feature dalam bukunya, Feature Writing for Newspaper:

- Teras ikhtisar (summary lead)

- Teras narasi (narrative lead)

- Teras deskripsi (descriptive lead)

- Teras kutipan (quotation lead)

- Teras pertanyaan (question lead)

- Teras pernyataan langsung (direct addres lead)

- Teras Pengusik (teaser lead)

- Teras jenaka (freack lead)

- Teras kombinasi

- Teras untuk feature kering atau serius

Dalam perkembangannya, dari waktu ke waktu, berbagai pemikiran dikemukakan para praktisi jurnalistik melengkapi panduan kerja mereka. Sebagian di antara ialah:

Public opinion polling yang berkembang demi mengemban wacana aliran precision journalism di era 1970-an. Tulisan yang didasarkan pada jajak pendapat menuntut jurnalis menguasai teknik-teknik analisis data statistika. Public opinion polling dianggap lebih mencerminkan pendapat masyarakat dibanding vox pop atau vox populi yang lazim digunakan wartawan untuk menghimpun pendapat publik.

Interpretative news dikembangkan dengan harapan mampu memperluas wawasan pembaca dengan fakta dan data lain di balik fakta dasar yang mendasari penyusunan berita.

Participle reporting, peliputan layaknya riset partisipatif yang dikembangkan para sosiolog diharapkan mampu mengungkap fakta yang lugas tanpa tedeng aling-aling.

Investigative reporting, peliputan yang dilakukan layaknya pengusutan ala detektif pada kasus-kasus yang dianggap sulit diungkap faktanya.

Literary journalism, gaya penyajian berita dengan menggabungkan keterampilan pelaporan interpretatif dengan penulisan fiksi yang semula dikembangkan demi memberikan informasi yang sekaligus menghibur dan mendidik. Jurnalisme sastra lebih dikenal luas sebagai feature di banyak surat kabar, namun belakangan mengemban makna baru dengan gaya penulisan fiksi panjang yang faktual. [] bison

Tidak ada komentar:

Posting Komentar